Fiitri Suzanni, S.Pd.I
Selasa, 06 Desember 2016
Sabtu, 01 Oktober 2016
Minggu, 17 Januari 2016
Catatan Kecil Dari Orang Besar Seni Saidina Ali Mendidik Anaknya Fersi Buku Karya Yusuf Arrahman
Judul :
Didiklah Anakmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Penulis :
Yusuf A. Rahman
Penerbit :
Diva Press
Jml. Halaman :
182
Buku
ini dibagi menjadi 4 bab, yaitu mendidik anak usia 0-6 tahun ala Sayyidina Ali
RA, mendidik anak usia 6-12 tahun, mendidik anak usia 12-17 tahun, dan mendidik
anak usia 17 tahun ke atas. Mengapa pembahasannya harus dikelompok-kelompokkan
berdasarkan usia? Menurut penulis, setiap jenjang usia anak memiliki
karakteristik masing-masing sehingga diperlukan pengasuhan yang berbeda-beda
pula.
Fase
usia 0-6 tahun disebut sebagai fase kanak-kanak yang merupakan fase pondasi.
Fase ini sangat penting untuk menjalani kehidupan pada fase-fase berikutnya
karena rangsangan apapun yang diterima, baik dari orangtua maupun lingkungan
akan membekas kuat dalam ingatan anak. Kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan
efek negatif pada diri anak. Fase usia 0-6 tahun juga sangat menentukan
pertumbuhan kecerdasan anak dalam semua aspek kehidupan.
Pola
pengasuhan anak usia 0-6 tahun yang dapat dicontoh dari Sayyidina Ali RA di
antaranya adalah dengan mencurahkan kasih sayang karena dengan kasih sayang,
pendidikan dan nasihat yang disampaikan orangtua dapat diterima dengan lebih
baik, selain itu kasih sayang juga menjadi stimulasi bagi anak untuk menyayangi
orangtua dan lainnya. Yang kedua adalah dengan memuliakan anak dengan
keteladanan sifat-sifat terpuji. Pada fase ini, anak memiliki kemampuan luar
biasa untuk meniru orang dewasa, terlebih lagi orangtuanya. Oleh karena itu,
orangtua harus memprioritaskan tindakan nyata penuh keteladanan daripada
sekedar nasihat. Ajarkan pada anak perilaku-perilaku terpuji yang bermanfaat
dan dapat memuliakan diri mereka sendiri. Yang ketiga adalah dengan membentuk
kepribadian anak sejak dini karena jika akhlak yang baik merupakan cerminan
kesempurnaan iman, maka membentuk karakter anak menjadi hal mutlak yang harus
dilakukan oleh orangtua. Yang keempat adalah tanamkan kejujuran karena
kejujuran adalah kemuliaan, sedangkan dusta adalah kehinaan. Yang kelima dengan
merangsang imajinasi anak agar semakin kreatif. Salah satu cara merangsang
imajinasi adalah dengan mendongeng atau bercerita mengenai kisah-kisah
keteladanan. Dongeng atau cerita merupakan salah satu seni untuk merangsang imajinasi
agar anak semakin kreatif.
Usia
6-12 tahun disebut sebagai fase kanak-kanak lanjut. Pada fase ini, anak sudah
mulai merasa memiliki hak sehingga terkadang anak sudah berani bertindak atau
merespon perilaku atau tindakan yang merugikan dirinya. Fase ini sangat penting
dalam perkembangan intelektual dan emosi terhadap hal baru. Pola asuh ala
Sayyidina Ali pada fase ini meliputi pengajaran kedisiplinan yang berarti
melatih diri untuk membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai
kemampuan mental atau karakter moral. Yang kedua adalah dengan memberikan
pendidikan agama yang baik dan benar. Pendidikan agama dalam konteks ini tidak
hanya mengenai ibadah mahdhah saja tapi juga meliputi akhlak Islam. Yang ketiga
adalah dengan memberikan hukuman dan hadiah sebagai motivasi. Hukuman penting
jika anak melakukan kesalahan dengan catatan hukuman yang diberikan bersifat
edukatif dan tidak menciderai hak-hak anak. Hukuman diberikan agar anak tidak
mengulangi kesalahan dan dapat mengambil hikmah dari kesalahan tersebut.
Sedangkan hadiah diberikan sebagai penghargaan atas prestasi atau keberhasilan
anak agar anak termotivasi untuk terus berkembang. Yang keempat adalah
memberikan nasihat tanpa menyebut
kesalahan. Hal ini penting karena menurut Sayyidina Ali, memberikan nasihat
dengan menyebut kesalahan berulang-ulang justru akan membuat anak keras kepala.
Yang kelima adalah memberikan pendidikan yang diperlukan anak ketika dewasa. Dalam
hal ini, orangtua harus mengetahui bakat anak sehingga bakat tersebut dapat
dikembangkan dan bisa berguna bagi anak ketika dewasa. Yang keenam adalah
mengajarkan untuk berbakti kepada orangtua dengan cara-cara yang baik.
Selanjutnya
adalah fase remaja yaitu usia 12-17 tahun. Pada fase ini tampak
perubahan-perubahan mendasar dari fase sebelumnya sehingga orangtua harus lebih
berhati-hati dalam mendidik anak. Pola asuh yang dapat diterapkan di antaranya
yang pertama dengan mengajarkan toleransi dan rasa hormat. Anak harus diajarkan
untuk menghargai perbedaan yang ada sehingga tidak muncul sifat-sifat kedirian
dan mementingkan diri sendiri. Yang kedua adalah jangan memaksa anak menjadi
seperti kita (orangtua). Orangtua harus menghargai pilihan anak dengan terus
memberikan arahan yang baik. Yang ketiga adalah dengan menjadi kawan yang baik
bagi anak karena dengan menjalin kedekatan dengan anak menjadikan mereka lebih
nyaman bercerita dengan orangtuanya. Yang keempat adalah dengan memberikan
ruang bebas kepada anak. Tentunya disertai dengan keteladanan, arahan, dan
batas-batas tertentu. Yang kelima adalah memotivasi anak agar dewasa dalam
berfikir sehingga anak tidak terus menerus manja dan bergantung pada orangtua.
Dan yang keenam adalah dengan mengajarkan etika yang baik kepada anak sehingga
anak dapat berlaku baik di masyarakat dan tahu batasan norma-norma yang
berlaku.
Fase
selanjutnya adalah usia di atas 17 tahun. Usia ini sudah mendekati dewasa
sehingga pola asuh ala Sayyidina Ali yang dapat diterapkan di antaranya
mengajarkan anak untuk tidak terpukau pada dunia sebab dunia hanya bersifat
sementara. Sikap zuhud ini yang dapat mengantarkan anak pada kesuksesan baik di
dunia maupun akhirat. Yang kedua adalah anak diajarkan hidup sederhana.
Sayyidina Ali selalu meneladankan kesederhanaan dalam hidup karena
kesederhanaan merupakan pintu kebahagiaan. Kesederhanaan dapat dilatih dengan
menekankan pada anak untuk selalu bersyukur atas karunia Allah SWT sehingga
anak tidak akan banyak mengeluh tentang hidup.
Langganan:
Postingan (Atom)